Search This Blog

Friday, October 9, 2020

PUISI : KEPERGIAN YANG TAK BISA MENUNGGU

 


         

Masih terasa lembutnya tangan keriput itu,
Kubawakan handuk hangat untuk menyeka kaki dan tangan itu,
Satu persatu kurapihkan kuku-kuku dijarimu,
Sambil berbincang lirih diantara kantukmu.

Aku pamit untuk menunda kunjunganku,
Ada yang menantiku di seberang sana, setelah kuselesaikan tugasku,
Tak kusangka itu kesempatan terakhir menatap wajahmu,
Engkau tak mampu menungguku, karena Dia telah menantimu.

Penyesalan yang tiada tertebus saat ku tak mampu mengantarkan keberangkatanmu,
Ribuan mil harus kutempuh untuk mencapaimu,
Aku tak berhasil mengepakkan sayap, terbang menjumpaimu.
Mengapa tak menungguku agar dapat kulihat wajah terakhirmu?

Ibu…aku menyayangimu, tapi ku tak mampu ketika Pemilikmu meminta,
Selamat jalan Ibu, jumpai Bapak yang setia menanti di surga,
Seperti kesetiaan Ibu meneruskan cita-cita Bapak yang belum purna,
Perjuangan wanita tangguh jadi tauladan yang tidak tercela.

Jejak langkahmu membekas di lembar-lembar cerita penuh makna,
Terima kasih Ibu atas semua kehebatanmu, kan kubalas dengan sepenuh do’a.
Ya Allah…kutitipkan Ibuku dihadapan-Mu,
Sayangilah dia sebagaimana dia menyayangiku.


Geneva, 13 Maret 2020 / BSD, 9 Oktober 2020

3 comments:

  1. memang benar ya bu, kita akan merasa kehilangan di saat orang yang kita cintai sudah tidak ada

    ReplyDelete
  2. Iya , betul. Terima kasih sudah mampir. Siyaap...segera berkunjung.

    ReplyDelete
  3. Dari yang biasanya ada jadi gak ada....
    Ada sesuatu yang tidak lengkap.
    Terimakasih mbak Ella perhatiannya...

    ReplyDelete

PENGGANGGU BERKAKI SERIBU

Fiksi Mini Layaknya seorang komandan upacara, aku menata dan menertibkan barisan pada posisi yang berjajar rapi. Memastikan tidak boleh ada...