Fiksi Mini
Layaknya seorang komandan upacara, aku menata dan menertibkan barisan pada posisi yang berjajar rapi. Memastikan tidak boleh ada yang tidak terkena sinar matahari, karena matahari akan menyehatkan mereka. Juga bagiku sendiri, yang akan bergelut bersamanya.
Tiga hari sekali mereka “apel” rutin seperti ini untuk mendapatkan perlakuan dan perawatan agar tumbuh sehat. Namun hari ini, hari Jum’at adalah jadwal tetap untuk mempercantik penampilan mereka dengan memberikan suplemen dan melakukan pemangkasan bagi yang sudah gondrong. Tidak lupa juga pemeriksaan kesehatan mereka. Bagi yang nampak sakit akan aku sisihkan untuk mendapat perawatan khusus.
Demi penampilan mereka yang seksi dan berseri, kini aku rela bergumul dengan tanah, karena kini semua jadi hobi. Kegiatan ini aku tekuni terutama setelah pandemi. Ketika waktuku berlimpah di rumah, baru tersadar ternyata banyak hal yang membutuhan sentuhan tangan ini.
Namun di tengah-tengah ritual rutin itu, ada saja yang sering datang mengganggu keasyikanku bercengkerama dengan mereka. Pengganggu yang membuat bulu kudukku berdiri dan membuatku jengah. Sering sekali ditengah keasyikanku, ada saja yang muncul menyapa bahkan seolah menari-nari meledekku, muncul dari persembunyiannya.
“Hei….kenapa kamu sering menggangguku?!”, gerutuku saat setiap kali ketemu dengannya. Hari ini kupersiapkan semua perlengkapan tempurku, “Rasakan senjata pamungkasku!”. Akan kubanjiri tempat persembunyiannya dengan cairan sakti ini, agar dia tak pernah lagi datang mengganggu dan karena aku benci padanya.
Tulisan yang keren, Bu.
ReplyDeleteTerima kasih telah menyemangati.
ReplyDeletePengganggu yang harus dibina ya Bu. Dibinasakan hahaha.
ReplyDeleteSalam kenal ya Bu Emmy
Salam kenal kembali. Terima kasih sdh berkunjung
Delete