Sebuah film pendek yang menceritakan kisah sederhana dengan mengangkat praktek ketidakjujuran atau kecurangan yang sering terjadi di masyarakat. Kisah tentang seorang ibu yang suka ndobel (mengambil lebih) jatah nasi berkat (nasi kotak yang biasa dibagikan untuk dibawa pulang) kepada yang hadir . Film ini berjudul Unbaedah, dibintangi oleh Siti Fauziah alias Ozie yang berperan sebagai Baedah.
Cerita diawali dengan suasanya bulan puasa sepulang dari sholat maghrib di masjid. Baedah menjadi bahan pergunjingan ibu-ibu karena membawa takjil lebih banyak dari orang lain. Baedah beralasan mengambilkan jatah suaminya yang sedang bekerja lembur. Disisi lain, Bagas, anaknya sedang bermain petasan dan bahkan sudah mengambil jatah takjilnya sendiri.
Sesampai di rumah, Baedah menyadari bahwa takjil yang dibawa pulang memang banyak juga. Di rumah Baedah bersitegang dengan suaminya tentang keberangkatan tahlilan tujuh hari meninggalnya Ibu Tutik, tetangga desa. Ternyata Sigit, suami Baedah, harus ronda sehingga tidak berangkat tahlilan bersama Baedah.
Di tempat tahlilan, Baedah tidak mendapat kesempatan untuk membantu mempersiapkan nasi berkat dibelakang. Tugas Baedah didepan untuk membagikan air minum dan dan makanan. Saat mempersiapkannya, Baedah “menyisihkan” tambahan nasi berkat untuk dibawa pulang. Selesai acara tahlilan, Baedah pulang dengan membawa 3 buah nasi berkat. Hal ini mengakibatkan kurangnya jumlah nasi berkat yang harus dibagikan. Mardiyah yang telah membantu dibelakang tidak mendapatkan bagiannya. Mardiyah sudah mencurigai bahwa ini adalah ulah Baedah. Dengan geram Mardiyah bersama beberapa ibu membuat rencana untuk memberi pelajaran kepada Baedah.
Sesampai dirumah, Baedah memanggil Bagas untuk makan namun tidak mendapat tanggapan. Bahkan diluar sepengetahuannya, Bagas telah pergi memanggil Bapaknya karena ia ketakutan setelah melihat hantu dibalik jendela di saat lampu rumah mati.
Dalam kegelapan rumah tanpa lampu itu, suasana horor muncul. Baedah diteror dengan suara-suara dan penampakan yang menyeramkan. Baedah merasa ketakutan, ia meyakini ini sebagai sebuah balasan karena mengambil lebih jatah nasi berkat dari orang meninggal, yang tadi didoakan bersama. Atas kelakuannya itu Baedah lalu mengembalikan nasi berkat yang sudah diambilnya sesuai perintah suara-suara yang datang itu.
Di akhir film diketahui bahwa teror itu datang dari Mardiyah dkk. untuk menakut-nakuti Baedah. Mereka menyatroni rumah Baedah dengan membawa keranda, boneka pocong dan membuat suara-suara yang menyeramkan. Baedah pun akhirnya mengetahui itu. Mardiyah ingin memberi pelajaran kepada Baedah, bahwa perbuatan curang dengan ndobel mengambil hak orang lain itu suatu saat harus dipertanggung-jawabkan.
Sutradara Iqbal Ariefurrahman berhasil menghadirkan suasana horor yang cukup membuat berdebar bagi penonton yang kurang menyukai film horor. Tetapi disana sini penonton juga dibuat tertawa oleh ulah Baedah maupun anaknya Bagas yang tanpa diketahui Baedah telah pergi mencari ayahnya keluar rumah disaat lampu rumah padam. Kekocakan juga terjadi saat Mardiyah mengambil kembali nasi berkat yang dikembalikan oleh Baedah.
Film pendek berdurasi 15 menit yang diproduksi oleh Bakarasa Film ini membawa pesan bahwa “Kecurangan atau ketidak-jujuran sering terjadi dari hal-hal terkecil dalam kehidupan sehari-hari. Jika sering dilakukan akan berubah menjadi suatu kebiasaan yang dianggap lumrah. Akan tetapi, sekecil apapun itu, bila ada hak orang yang diambil, maka sudah termasuk kartegori melakukan korupsi”. Dan setiap kecurangan yang dilakukan tetap akan menghantui dan merusak ketenangan hidupnya karena harus dipertanggung-jawabkan dikemudian hari.
Film Unbaedah yang diproduksi oleh Bakarasa Films bekerjasama dengan Padi Padi Film ini mendapat penghargaan sebagai Pemenang Favorite pada Anti Corruption Film Festival 2019 yang diadakan olek KPK RI. Dan mulai diunggah di kanal Youtube KPK pada bulan Desember 2019.
No comments:
Post a Comment