Fiksi Mini
The Story of Life
Story about my experience and dream
Search This Blog
Saturday, October 10, 2020
PENGGANGGU BERKAKI SERIBU
Friday, October 9, 2020
PUISI : KEPERGIAN YANG TAK BISA MENUNGGU
Masih terasa lembutnya tangan keriput itu,
Kubawakan handuk hangat untuk menyeka kaki dan tangan itu,
Satu persatu kurapihkan kuku-kuku dijarimu,
Sambil berbincang lirih diantara kantukmu.
Aku pamit untuk menunda kunjunganku,
Ada yang menantiku di seberang sana, setelah kuselesaikan tugasku,
Tak kusangka itu kesempatan terakhir menatap wajahmu,
Engkau tak mampu menungguku, karena Dia telah menantimu.
Penyesalan yang tiada tertebus saat ku tak mampu mengantarkan keberangkatanmu,
Ribuan mil harus kutempuh untuk mencapaimu,
Aku tak berhasil mengepakkan sayap, terbang menjumpaimu.
Mengapa tak menungguku agar dapat kulihat wajah terakhirmu?
Ibu…aku menyayangimu, tapi ku tak mampu ketika Pemilikmu meminta,
Selamat jalan Ibu, jumpai Bapak yang setia menanti di surga,
Seperti kesetiaan Ibu meneruskan cita-cita Bapak yang belum purna,
Perjuangan wanita tangguh jadi tauladan yang tidak tercela.
Jejak langkahmu membekas di lembar-lembar cerita penuh makna,
Terima kasih Ibu atas semua kehebatanmu, kan kubalas dengan sepenuh do’a.
Ya Allah…kutitipkan Ibuku dihadapan-Mu,
Sayangilah dia sebagaimana dia menyayangiku.
REVIEW BLOG
https://tumbuhkembangmandiri.blogspot.com/
Blog milik mbak Fitri Kerlip
Thursday, October 8, 2020
BATIK - FABLED CLOTH OF JAVA
Monday, October 5, 2020
MENULIS MELATIH TANGGUNG JAWAB (edited)
Pada dasarnya kita sudah terbiasa menulis dari sejak mengenal alat tulis sampai dengan saat ini. Sudah biasa menuliskan apa saja yang ditugaskan di bangku sekolah, kuliah sampai di dunia pekerjaan. Sehingga tanpa disadari sudah terlatih secara bertahap dan terus menerus. Terlebih lagi, saat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sudah sedemikian pesatnya. Kita dibuat menjadi sangat dekat dengan dunia, sekeliling kita, teman-teman dan saudara melalui berbagai media sosial. Sejak bangun tidur sampai tidur kembali, sepertinya sudah menjadi ritual untuk menulis jawaban pesan-pesan yang masuk, atau justru secara aktif melakukan komunikasi maupun menuliskan pesan dan status-status pada akun media sosial yang dimilikinya. Semua komunikasi tersebut adalah ekspresi dari sikap, pemikiran dan tanggapan yang disampaikan secara tertulis kepada lingkungan sosialnya.
Dalam pengalaman pribadiku, sejak saat masih aktif bekerja, aku mempunyai kebiasaan untuk selalu menuliskan hal-hal yang harus dan akan dikerjakan esok hari, termasuk pekerjaan yang masih tersisa di hari sebelumnya. Catatan to do list ini selalu aku buat sore hari menjelang pulang. Ditulis pada selembar kertas dan diletakkan di atas meja agar esok hari saat tiba di kantor hal pertama yang akan tertangkap mata adalah catatan itu. Maka pagi itu bisa dimulai dengan membuat prioritas urutan kerja agar aktivitas menjadi tertata untuk hasil yang maksimal. Kebiasaanku membuat to do list ini sangat membantu untuk mengingat apa yang harus dilakukan pada hari itu. Membuat check list yang sudah dilakukan dan yang masih harus ditindaklanjuti, sehingga mengurangi potensi terlewatnya janji atau tugas pekerjaan yang seharusnya diselesaikan.
Hingga saat pensiun pun kebiasaan itu masih berlanjut. Variasi urusannya justru semakin banyak. Tanpa menuliskannya ada saja hal-hal yang bisa terlupa untuk dikerjakan. Menurutku “lupa” adalah sebuah alasan yang paling tidak bertanggung jawab. Walaupun itu manusiawi, tetapi bisa diupayakan untuk dihindari. Terlebih jika bekerja di dalam tim, akan mengecewakan karena mengganggu aktivitas orang lain. Sekarang pun setelah pensiun, aku berupaya agar tidak ada urusan keseharianku yang terlewatkan karena lupa. Sebab dampak kerepotannya akan kembali pada diri sendiri juga. Karena itulah diusahakan untuk menghindarinya dengan menuliskan segala urusan yang harus dikerjakan dan janji yang harus dipenuhi.
Sering di saat urusan begitu banyak dan bervariasi, terlintas pemikiran seandainya catatan aktivitas keseharian ini dirangkum, mungkin bisa jadi sebuah cerita panjang yang menarik. Seharusnya bukan satu hal yang sulit mulai menuliskannya. Hanya perlu tekad untuk langsung memulai. Serta tetap istikamah berusaha yang terbaik dan berkelanjutan, pastinya bisa. Seperti pepatah Jepang yang sangat kusuka Yareba dekiru (Jika dilakukan pasti bisa).
Kebiasaan Menulis Melatih Tanggung Jawab
Pada dasarnya kita sudah terbiasa menulis dari sejak mengenal alat tulis sampai dengan saat ini. Sudah biasa menuliskan apa saja yang ditugaskan di bangku sekolah, kuliah sampai di dunia pekerjaan. Sehingga tanpa disadari sudah terlatih secara bertahap dan terus menerus. Terlebih lagi, saat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sudah sedemikian pesatnya. Kita dibuat menjadi sangat dekat dengan duni, sekeliling kita, teman-teman dan saudara melalui berbagai media sosial. Sejak bangun tidur sampai tidur kembali, sepertinya sudah menjadi ritual untuk menulis jawaban pesan-pesan yang masuk, atau justru secara aktif melakukan komunikasi maupun menuliskan pesan dan status-status pada akun media sosial yang dimilikinya. Semua komunikasi tersebut adalah ekspresi dari sikap, pemikiran dan tanggapan yang disampaikan secara tertulis kepada lingkungan sosialnya.
Dalam pengalaman pribadiku, sejak saat masih aktif bekerja, aku mempunyai kebiasaan untuk selalu menuliskan hal-hal yang harus dan akan dikerjakan esok hari, termasuk pekerjaan yang masih tersisa di hari sebelumnya. Catatan to do list ini selalu aku buat sore hari menjelang pulang. Ditulis pada selembar kertas dan diletakkan di atas meja agar esok hari saat tiba di kantor hal pertama yang akan tertangkap mata adalah catatan itu. Maka pagi itu bisa dimulai dengan membuat prioritas urutan kerja agar aktifitas menjadi tertata untuk hasil yang maksimal. Kebiasaanku membuat to do list ini sangat membantu untuk mengingat apa yang harus dilakukan pada hari itu, sehingga mengurangi potensi terlewatnya janji atau tugas pekerjaan yang seharusnya diselesaikan.
Hingga saat pensiun pun kebiasaan itu masih berlanjut. Variasi urusannya justru semakin banyak. Tanpa menuliskannya ada saja hal-hal yang bisa terlupa untuk dikerjakan. Menurutku “lupa” adalah sebuah alasan yang paling tidak bertanggung jawab. Walaupun itu manusiawi, tetapi bisa diupayakan untuk dihindari. Terlebih jika bekerja didalam tim, akan mengecewakan karena mengganggu aktifitas orang lain. Sekarang pun, setelah pensiun, aku tidak ingin ada urusan keseharianku yang terlewatkan karena lupa. Sebab dampak kerepotannya akan kembali pada diri sendiri juga. Karena itulah diusahakan untuk menghindarinya dengan menuliskan segala urusan dan janji yang harus dipenuhi.
Sering di saat urusan begitu banyak dan bervariasi, terlintas pemikiran seandainya catatan aktifitas keseharian ini dirangkum, mungkin bisa jadi sebuah cerita panjang yang menarik. Mestinya bukan satu hal yang sulit untuk mulai menuliskannya, hanya membutuhkan tekad untuk langsung memulai dan tetap istiqomah berusaha yang terbaik, pastinya bisa. Seperti pepatah Jepang yang sangat kusuka Yareba dekiru ( Jika dilakukan pasti bisa ).
Tuesday, September 29, 2020
JANDA BOLONG YANG BIKIN BENGONG
PENGGANGGU BERKAKI SERIBU
Fiksi Mini Layaknya seorang komandan upacara, aku menata dan menertibkan barisan pada posisi yang berjajar rapi. Memastikan tidak boleh ada...