Dalam cuaca yang sedikit mendung, terasa sekali lembabnya musim hujan. Namun suasana sore itu mendukung perbincangan seorang bapak dengan anak remajanya yang sedang gundah mengkritisi nasib kehidupannya.
“Bapak, kenapa kita tinggal disini? Aku bosan disini, lingkungannya jorok, becek dan sering banjir. Kenapa kita gak pindah aja sih?” celetuk Keci sang anak, setengah protes kepada bapaknya. Sambil tersenyum si bapak datang mendekat dan bertanya, ”Kamu ini kenapa sih nak, kok tiba-tiba ngomong begitu? Sudah sejak nenek moyang kita tinggal di sini. Di sinilah tempat bapak ibumu, kakek nenek dan seluruh keluarga besar kita hidup dan mencari kehidupan. Sudah takdir kita tinggal di tempat seperti ini”
Keci diam dalam protesnya. Dalam hatinya masih terbayang-bayang teman-temannya yang tinggal di kota, dengan rumah-rumah yang bersih, indah, makanan yang enak-enak dan suasana yang jauh berbeda dengan kehidupan mereka.
“Keci….kita bisa saja pergi dari sini bahkan ke luar negeri. Bapak pernah diajak teman berangkat ke Perancis. Disana orang-orang sangat menghargai jasa kita. Tetapi bapak tidak mau pergi ke sana, karena kita akan kehilangan kehidupan kita di sini” demikian kata si bapak. Bapak yang bijak ini melanjutkan nasihatnya kepada anaknya. Dia berpikir ini kesempatan bagus untuk menanamkan pengertian kepada anaknya yang sedang tumbuh dewasa. Si anak diajak melihat pada kondisi diri sendiri. Pada apa yang mereka miliki saat ini, sehingga bisa mensyukuri apa yang telah mereka punyai.
Satu persatu si bapak menunjukkan betapa kayanya mereka. Mereka punya pabrik cairan khusus ramuan tingkat dewa yang bermanfaat untuk mengencangkan kulit dan anti keriput, yang banyak dicari orang. Dan satu alasan kenapa tinggal di lingkungannya sekarang adalah untuk menyembunyikan diri dari gangguan “penjahat” yang akan menculik untuk mendapatkan keuntungan dari mereka. “Memangnya kita punya apa saja sih Pak, kok harus kita umpetin segala?” Keci bertanya.
“Nah, kita harus menjaga diri baik-baik. Kita punya harta karun yang bisa digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan sakit kulit, gatal-gatal bahkan penyakit jantung. Mereka, orang-orang di luar sana akan mengambil paksa dari kita. Oleh karenanya, tetaplah tinggal di rumah, jangan pergi jauh-jauh, karena itu akan membahayakan dirimu” begitu pesannya.
Si bapak melanjutkan ceritanya, betapa saat ini sedang terjadi kehebohan yang luar biasa di dunia. Kehebohan yang menimbulkan wabah penyakit yang tak kunjung selesai Apalagi jika manusia-manusianya tidak disiplin untuk menahan diri tetap tinggal di rumah. Bagi sebagian orang, tetap tinggal di rumah itu merupakan siksaan. Ada yang memang harus keluar rumah untuk mencari nafkah. Ada yang keluar rumah hanya sekedar untuk mengurangi stress karena tidak bisa melihat dunia luar, tidak bisa jalan-jalan kongko-kongko dengan teman, tidak bisa sabar untuk tetap tinggal dirumah untuk memutus rantai wabah penyakit itu. Di beberapa tempat bahkan telah diberlakukan jam malam untuk “memaksa” mereka tetap tinggal di rumah, agar tidak keluyuran dijalanan.
“Nak, seharusnya kamu bersyukur. Lihatlah kehidupan kita. Dengan kondisi yang ada ini kita tetap bisa jalan-jalan dan merasa aman. Tidak akan kena razia walaupun kita keluyuran kemana-mana. Banyak yang ngiri dengan kehidupan kita ini. Bisakah kamu menjawab kenapa?” Itu pertanyaan si bapak kepada Keci.
Keci yang sedari tadi berusaha menyimak dalam kantuknya, tersentak ketika bapaknya menyodorkan sebuah cermin. “Nih lihat! Sudah tahukah kamu apa yang membuat mereka iri kepada kita?”, tanya si bapak. Keci menatap cermin dengan seksama. “Mereka tersiksa tidak bisa pergi kemana pun karena dilarang keluar rumah. Sedangkan kita? Kita bisa pergi dengan bebas, leluasa, tidak ada yang melarang. Kenapa? Karena walau kita pergi kemanapun kita mau, kita tetap berada di dalam rumah, sesuai aturan. Tidakkah itu sebuah anugerah? Masihkah kamu iri pada mereka?”
Si bapak yang bijak menutup pembicaraan sore itu, sedang si anak masih terpana dengan panampakan dirinya di cermin, seperti foto di bawah ini.
cerita yang menghibur..
ReplyDeleteMakasih ya mbak,,, sudah mampir.
DeleteAsyiknya kalo bisa seperti dulu lagi bebas mo kemana aja
ReplyDeleteSemoga situasi segera membaik dan bisa bebas jalan-jalan lagi ya... Amiin
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete