Search This Blog

Saturday, October 10, 2020

PENGGANGGU BERKAKI SERIBU

Fiksi Mini


Layaknya seorang komandan upacara, aku menata dan menertibkan barisan pada posisi yang berjajar rapi. Memastikan tidak boleh ada yang tidak terkena sinar matahari, karena matahari akan menyehatkan mereka. Juga bagiku sendiri, yang akan bergelut bersamanya. 

Tiga hari sekali mereka “apel” rutin seperti ini untuk mendapatkan perlakuan dan perawatan agar tumbuh sehat. Namun hari ini, hari Jum’at adalah jadwal tetap untuk mempercantik penampilan mereka dengan memberikan suplemen dan melakukan pemangkasan bagi yang sudah gondrong. Tidak lupa juga pemeriksaan kesehatan mereka. Bagi yang nampak sakit akan aku sisihkan untuk mendapat perawatan khusus. 

Demi penampilan mereka yang seksi dan berseri, kini aku rela bergumul dengan tanah, karena kini semua jadi hobi. Kegiatan ini aku tekuni terutama setelah pandemi. Ketika waktuku berlimpah di rumah, baru tersadar ternyata banyak hal yang membutuhan sentuhan tangan ini. 

Namun di tengah-tengah ritual rutin itu, ada saja yang sering datang mengganggu keasyikanku bercengkerama dengan mereka. Pengganggu yang membuat bulu kudukku berdiri dan membuatku jengah. Sering sekali ditengah keasyikanku, ada saja yang muncul menyapa bahkan seolah menari-nari meledekku, muncul dari persembunyiannya. 

“Hei….kenapa kamu sering menggangguku?!”, gerutuku saat setiap kali ketemu dengannya. Hari ini kupersiapkan semua perlengkapan tempurku, “Rasakan senjata pamungkasku!”. Akan kubanjiri tempat persembunyiannya dengan cairan sakti ini, agar dia tak pernah lagi datang mengganggu dan karena aku benci padanya.

Friday, October 9, 2020

PUISI : KEPERGIAN YANG TAK BISA MENUNGGU

 


         

Masih terasa lembutnya tangan keriput itu,
Kubawakan handuk hangat untuk menyeka kaki dan tangan itu,
Satu persatu kurapihkan kuku-kuku dijarimu,
Sambil berbincang lirih diantara kantukmu.

Aku pamit untuk menunda kunjunganku,
Ada yang menantiku di seberang sana, setelah kuselesaikan tugasku,
Tak kusangka itu kesempatan terakhir menatap wajahmu,
Engkau tak mampu menungguku, karena Dia telah menantimu.

Penyesalan yang tiada tertebus saat ku tak mampu mengantarkan keberangkatanmu,
Ribuan mil harus kutempuh untuk mencapaimu,
Aku tak berhasil mengepakkan sayap, terbang menjumpaimu.
Mengapa tak menungguku agar dapat kulihat wajah terakhirmu?

Ibu…aku menyayangimu, tapi ku tak mampu ketika Pemilikmu meminta,
Selamat jalan Ibu, jumpai Bapak yang setia menanti di surga,
Seperti kesetiaan Ibu meneruskan cita-cita Bapak yang belum purna,
Perjuangan wanita tangguh jadi tauladan yang tidak tercela.

Jejak langkahmu membekas di lembar-lembar cerita penuh makna,
Terima kasih Ibu atas semua kehebatanmu, kan kubalas dengan sepenuh do’a.
Ya Allah…kutitipkan Ibuku dihadapan-Mu,
Sayangilah dia sebagaimana dia menyayangiku.


Geneva, 13 Maret 2020 / BSD, 9 Oktober 2020

REVIEW BLOG

 

https://tumbuhkembangmandiri.blogspot.com/

Blog milik mbak Fitri Kerlip



Pertama kali saya tertarik untuk mereview blog ini adalah karena namanya yang menurut saya sangat istimewa. Tumbuh Kembang Mandiri, tiga kata luar biasa ini menunjukkan sikap optimisme. Nampaknya ini memang ekspresi dari pemilik blog mbak Fitri Kerlip. 

Selain itu, kata tumbuh kembang ini membawa kepada sebuah persepsi bahwa blog ini dekat dengan masalah pendidikan, satu hal yang sangat saya minati. Khususnya masalah pendidikan anak-anak usia pra sekolah. Namun dari deskripsi nama blok, rupanya yang dimaksud adalah tumbuh kembang menjadi insan yang mandiri, artinya adalah untuk usia yang lebih matang. Apapun itu, pendidikan adalah suatu proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Jadi tema blog ini sangat bagus. 

Secara menyeluruh, blog ini mempunyai tampilan yang sederhana. Nampak warna background yang transparan sehingga mengesankan bersih. Dapat menonjolkan tampilan setiap posting yang akan disajikan. Namun karena warna background yang transparan tersebut, sepertinya akan lebih baik jika warna teks dipilih dengan warna yang kontras atau lebih tajam, misalnya warna hitam. Sedangkan untuk karakter dan fond huruf sudah bagus dan nyaman untuk dibaca. 

Terakhir, sedikit saran untuk tampilan foto ilustrasi. Pada Resensi buku yang berjudul “Peta Jalan untuk Mengembangkan Diri”, tampak tampilan ilustrasi foto hanya sepotong dengan tulisan yang tidak utuh. Apakah memang dibuat seperti ini? 

Review ini dibuat hanya dengan mempertimbangkan standard normatif saja, bahwa tampilan yang utuh terlebih jika berupa tulisan akan lebih komunikatif. Tidak menutup kemungkinan jika ternyata memang merupakan improvisasi sesuai dengan selera dari pemilik blog. 

Semoga bermanfaat.

Thursday, October 8, 2020

BATIK - FABLED CLOTH OF JAVA


Resensi Buku




Judul Buku       : BATIK - Fabled Cloth of Java 
Penulis              : Inger McCabe Elliott 
Kontributor     : Paramita Abdurachman, Susan Blum dan Iwan Tirta 
Cover Designer: Kiyoshi Kanai 
Penerbit            : Clarkson N. Potter, Inc., New York 
Tahun terbit      : 1978 
Tebal                : 240 halaman 
Dicetak di        : Jepang 

Untuk memenuhi tugas membuat sebuah resensi buku, aku sempat termangu sejenak, karena jujur belakangan jarang membaca buku sampai selesai. Namun ketika menuju ke rak buku untuk mencari-cari buku yang pernah kubaca, mata tertuju pada sebuah buku berukuran 23x30 cm yang terselip di atas jajaran buku-buku. Ingatan langsung terbawa ke 30 tahun yang lalu, ketika aku diminta untuk turut mengisi acara Festival Indonesia di Nagoya, Jepang. Saat itu aku mendemostrasikan cara membatik. Teknik membatik sudah familiar bagiku karena sedari kecil melihat pengrajin batik yang bekerja di rumahku. Dan aku belajar membatik dari mereka saat masih di tingkat SMP. 

Bagiku tidaklah merasa tenang jika memperagakan batik tetapi tidak mempersiapkan diri dengan pengetahuan tentang batik itu sendiri. Maka saat itu aku mencoba mencari informasi di perpustakaan dan mencari buku di toko buku internasional yang ada di kota Nagoya. Suatu kebetulan yang indah bahwa saat itu sedang ada sale buku-buku seni dan kebudayaan Asia. Kutemukan buku yang berjudul “BATIK, Fabled Cloth of Java” ini dengan harga diskon US$ 25. Pada waktu itu kurs dolar kira-kira sebesar Rp. 2,500.- per dolar. Dari buku inilah aku membekali diri dengan pengetahuan, informasi dan sejarah tentang batik, khususnya batik Jawa. Hanya sekedar untuk mempersiapkan diri jika ada pertanyaan. 

Buku "BATIK-Fabled Cloth of Java" ditulis oleh Inger McCabe Elliott, Direktur sebuah perusahaan pemenang berbagai penghargaan di bidang design tekstil. Ia membawa pembaca ke dalam sebuah perjalanan yang penuh pesona budaya. Menampilkan batik-batik antik dan kontemporer yang diperoleh dari koleksi pribadi maupun dari 30 museum diseluruh dunia. Dibantu oleh 3 kontributor dari Indonesia, antara lain perancang batik Iwan Tirta, Paramita Abdurachman dan Susan Bum. Inger Mc Cabe Elliot berhasil merangkum cerita tentang Batik di Jawa dan sekaligus menyajikan daftar 143 motif batik dengan uraian dan penjelasan kolektor pemiliknya. 

Jawa adalah pulau yang mempunyai sejarah dengan pengaruh agama Hindu, Budha dan Islam. Selain itu juga tampak pengaruh budaya China, India, Arab, Portugis, Inggris dan Belanda. Masing-masing meninggalkan bekas pada perkembangan seni batik. Penulis memfokuskan diri pada batik di daerah pantai utara Jawa. Oleh karena itu dalam buku ini dibahas dan banyak disajikan foto-foto batik yang berasal Cirebon, Pekalongan dan Lasem. Namun tidak ketinggalan juga batik dari Yogyakarta dan Surakarta. Terdapat 120 foto berwarna dari motif-motif batik klasik yang luar biasa indahnya. Koleksi foto tersebut diambil dari beberapa pameran di Museum Tekstil di Washington DC, dari Royal Ontario Museum di Toronto dan dari Sewell Galery di Houston. 

Lebih lanjut, buku ini menjelaskan tentang proses pembuatan batik. Dari pembuatan design pola motif batik, peralatan dan bahan yang digunakan serta proses batik itu sendiri. Diperkenalkan juga motif-motif batik tertentu yang hanya boleh digunakan oleh keluarga keraton, khususnya keraton Yogyakarta dan Surakarta. Batik Jawa Tengah mempunyai ciri khas yang teratur, berbentuk geometris dengan kombinasi warna indigo, hitam dan warna krem atau coklat soga. Sedangkan untuk Batik Pesisir, yaitu batik di pantai utara Jawa seperti Cirebon, Pekalongan, Tuban dan Gresik, perkembangan motif batik banyak dipengaruhi oleh budaya China yang dominan. Ciri khasnya adalah motif batik yang berbunga-bunga atau motif binatang dengan kombinasi warna-warni yang cerah. 

Dalam sejarah batik, sudah dikenal adanya motif Tambal, yaitu kombinasi dari banyak motif batik yang disajikan dengan bentuk geometris atau segitiga. Tambal sendiri berarti sambungan dari potongan-potongan kecil kain. Untuk itu dalam sejarahnya, Kain Tambal hanya dikenakan oleh orang-orang dari lapisan bawah atau pengemis. Kain Tambal kadang dikenakan oleh Sultan Yogyakarta pada upacara tertentu untuk mengusir bala atau mencegah gangguan makhluk jahat. Kain Tambal ini kemudian berkembang menjadi motif Tambal yang menginspirasi kerajinan tangan berupa seni patchwork batik. 

Penulis menegaskan bahwa Batik adalah seni yang kooperatif, karena produksi sepotong batik merupakan kontribusi dari berbagai peran. Dari perancang design pola, pengrajin/pelukis batik, pemroses tiap tahapan pewarnaan hingga menjadi sebuah produk batik tulis, serta memasarkannya hingga bernilai ekonomis. Jadi bukan sebuah karya seni soliter seperti karya Leonardo da Vinci atau Picasso. 

Dari buku ini kita mengenal sejarah dan cerita tentang batik di Jawa, khususnya Yogyakarta, Surakarta dan batik pesisir utara yaitu dari Cirebon, Pekalongan sampai Gresik. Banyak design batik klasik yang sudah sangat jarang ditemui, karena sudah sangat sulit menemukan pengrajin batik tulis halus di zaman modern ini. Buku tentang Batik ini ditulis oleh seseorang yang berwarga negara Amerika dan dicetak di Jepang, menunjukkan bahwa Batik sudah go international, dikenal di manca negara. Kewajiban kitalah untuk menjaga agar batik tetap eksis, dengan membudayakan batik dalam keseharian kita.





Monday, October 5, 2020

MENULIS MELATIH TANGGUNG JAWAB (edited)

 


Pada dasarnya kita sudah terbiasa menulis dari sejak mengenal alat tulis sampai dengan saat ini. Sudah biasa menuliskan apa saja yang ditugaskan di bangku sekolah, kuliah sampai di dunia pekerjaan. Sehingga tanpa disadari sudah terlatih secara bertahap dan terus menerus. Terlebih lagi, saat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sudah sedemikian pesatnya. Kita dibuat menjadi sangat dekat dengan dunia, sekeliling kita, teman-teman dan saudara melalui berbagai media sosial. Sejak bangun tidur sampai tidur kembali, sepertinya sudah menjadi ritual untuk menulis jawaban pesan-pesan yang masuk, atau justru secara aktif melakukan komunikasi maupun menuliskan pesan dan status-status pada akun media sosial yang dimilikinya. Semua komunikasi tersebut adalah ekspresi dari sikap, pemikiran dan tanggapan yang disampaikan secara tertulis kepada lingkungan sosialnya. 

Dalam pengalaman pribadiku, sejak saat masih aktif bekerja, aku mempunyai kebiasaan untuk selalu menuliskan hal-hal yang harus dan akan dikerjakan esok hari, termasuk pekerjaan yang masih tersisa di hari sebelumnya. Catatan to do list ini selalu aku buat sore hari menjelang pulang. Ditulis pada selembar kertas dan diletakkan di atas meja agar esok hari saat tiba di kantor hal pertama yang akan tertangkap mata adalah catatan itu. Maka pagi itu bisa dimulai dengan membuat prioritas urutan kerja agar aktivitas menjadi tertata untuk hasil yang maksimal. Kebiasaanku membuat to do list ini sangat membantu untuk mengingat apa yang harus dilakukan pada hari itu. Membuat check list yang sudah dilakukan dan yang masih harus ditindaklanjuti, sehingga mengurangi potensi terlewatnya janji atau tugas pekerjaan yang seharusnya diselesaikan. 

Hingga saat pensiun pun kebiasaan itu masih berlanjut. Variasi urusannya justru semakin banyak. Tanpa menuliskannya ada saja hal-hal yang bisa terlupa untuk dikerjakan. Menurutku “lupa” adalah sebuah alasan yang paling tidak bertanggung jawab. Walaupun itu manusiawi, tetapi bisa diupayakan untuk dihindari. Terlebih jika bekerja di dalam tim, akan mengecewakan karena mengganggu aktivitas orang lain. Sekarang pun setelah pensiun, aku berupaya agar tidak ada urusan keseharianku yang terlewatkan karena lupa. Sebab dampak kerepotannya akan kembali pada diri sendiri juga. Karena itulah diusahakan untuk menghindarinya dengan menuliskan segala urusan yang harus dikerjakan dan janji yang harus dipenuhi. 

Sering di saat urusan begitu banyak dan bervariasi, terlintas pemikiran seandainya catatan aktivitas keseharian ini dirangkum, mungkin bisa jadi sebuah cerita panjang yang menarik. Seharusnya bukan satu hal yang sulit mulai menuliskannya. Hanya perlu tekad untuk langsung memulai. Serta tetap istikamah berusaha yang terbaik dan berkelanjutan, pastinya bisa. Seperti pepatah Jepang yang sangat kusuka Yareba dekiru (Jika dilakukan pasti bisa).

Kebiasaan Menulis Melatih Tanggung Jawab

 



Pada dasarnya kita sudah terbiasa menulis dari sejak mengenal alat tulis sampai dengan saat ini. Sudah biasa menuliskan apa saja yang ditugaskan di bangku sekolah, kuliah sampai di dunia pekerjaan. Sehingga tanpa disadari sudah terlatih secara bertahap dan terus menerus. Terlebih lagi, saat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sudah sedemikian pesatnya. Kita dibuat menjadi sangat dekat dengan duni, sekeliling kita, teman-teman dan saudara melalui berbagai media sosial. Sejak bangun tidur sampai tidur kembali, sepertinya sudah menjadi ritual untuk menulis jawaban pesan-pesan yang masuk, atau justru secara aktif melakukan komunikasi maupun menuliskan pesan dan status-status pada akun media sosial yang dimilikinya. Semua komunikasi tersebut adalah ekspresi dari sikap, pemikiran dan tanggapan yang disampaikan secara tertulis kepada lingkungan sosialnya. 
Dalam pengalaman pribadiku, sejak saat masih aktif bekerja, aku mempunyai kebiasaan untuk selalu menuliskan hal-hal yang harus dan akan dikerjakan esok hari, termasuk pekerjaan yang masih tersisa di hari sebelumnya. Catatan to do list ini selalu aku buat sore hari menjelang pulang. Ditulis pada selembar kertas dan diletakkan di atas meja agar esok hari saat tiba di kantor hal pertama yang akan tertangkap mata adalah catatan itu. Maka pagi itu bisa dimulai dengan membuat prioritas urutan kerja agar aktifitas menjadi tertata untuk hasil yang maksimal. Kebiasaanku membuat to do list ini sangat membantu untuk mengingat apa yang harus dilakukan pada hari itu, sehingga mengurangi potensi terlewatnya janji atau tugas pekerjaan yang seharusnya diselesaikan. 
Hingga saat pensiun pun kebiasaan itu masih berlanjut. Variasi urusannya justru semakin banyak. Tanpa menuliskannya ada saja hal-hal yang bisa terlupa untuk dikerjakan. Menurutku “lupa” adalah sebuah alasan yang paling tidak bertanggung jawab. Walaupun itu manusiawi, tetapi bisa diupayakan untuk dihindari. Terlebih jika bekerja didalam tim, akan mengecewakan karena mengganggu aktifitas orang lain. Sekarang pun, setelah pensiun, aku tidak ingin ada urusan keseharianku yang terlewatkan karena lupa. Sebab dampak kerepotannya akan kembali pada diri sendiri juga. Karena itulah diusahakan untuk menghindarinya dengan menuliskan segala urusan dan janji yang harus dipenuhi. 
Sering di saat urusan begitu banyak dan bervariasi, terlintas pemikiran seandainya catatan aktifitas keseharian ini dirangkum, mungkin bisa jadi sebuah cerita panjang yang menarik. Mestinya bukan satu hal yang sulit untuk mulai menuliskannya, hanya membutuhkan tekad untuk langsung memulai dan tetap istiqomah berusaha yang terbaik, pastinya bisa. Seperti pepatah Jepang yang sangat kusuka Yareba dekiru ( Jika dilakukan pasti bisa ).


PENGGANGGU BERKAKI SERIBU

Fiksi Mini Layaknya seorang komandan upacara, aku menata dan menertibkan barisan pada posisi yang berjajar rapi. Memastikan tidak boleh ada...