Search This Blog

Tuesday, September 29, 2020

JANDA BOLONG YANG BIKIN BENGONG

          



Pertama kali mendengar namanya, ada perasaan risih, masak sih gak ada nama yang lebih bagus?! Tapi kenyataannya itu justru nama beken yang menjadikan jenis tanaman hias ini mudah diingat, bahkan menjadi trending topic pembicaraan para pecinta tanaman hias. 

Saya mengenal dan memiliki tanaman ini sudah sudah sejak tahun 1983. Dulu kami menyebutnya Sirih Bolong, karena merupakan jenis tanaman hias yang merambat dengan bentuk daun seperti sirih namun daunnya berlubang. Tanaman ini membawa kenangan tersendiri bagi saya, karena merupakan hadiah dari Dosen Pembimbing tugas akhir pada saat finalisasi konsep akhir thesis dan tinggal menghadapi sidang sarjana di IPB. Sejak saat itu, menjadi bagian penghias kamar, ruang atau halaman rumah kami. Walau sudah 6 kali pindah rumah, si Sirih Bolong selalu setia menemani. 

Sirih Bolong yang sekarang lebih dikenal dengan nama Janda Bolong itu mempunyai nama Latin Monstera adansonii. Nama cantik ini menunjukkan bahwa Janda Bolong adalah sejenis tanaman hias Aroid, yang merupakan sebutan untuk tanaman keluarga Aracheae seperti aglaonema, monstera, anthurium, pilodendra, dan lain sebagainya. Asal tanaman ini adalah dari daerah tropis benua Amerika (Meksiko, Peru, Brazil,Amerika Selatan). Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Swiss Cheese Plant atau Swiss Cheese Philodendron. 

Situasi pandemik yang menyebabkan kita banyak tinggal di rumah, menjadi peluang bagi kita untuk memberikan perhatian lebih kepada lingkungan rumah termasuk tanaman di halaman rumah. Sebelumnya, kebanyakan waktu kita tersita di luar rumah, terutama bagi yang masih aktif bekerja. Hal ini menyadarkan kita bahwa di lingkungan kita ternyata banyak sekali tanaman-tanaman hias yang bagus, unik tampilannya, indah dan berwarna-warni coraknya. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa peran media sosial juga sangat besar dalam men-trigger boomingnya tanaman Janda Bolong menjadi viral meluas di masyarakat. Tampilan tanaman Janda Bolong yang sangat unik dengan daun hijau tuanya yang mengkilat dan berlubang alamiah, menjadi penghias interior rumah-rumah minimalis modern. Penampakan yang instagramable ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para netizen untuk membicarakan dan menyebar luaskan keindahan tersebut. Maka seketika banyak orang berburu mencari tanaman ini sebagai penghias rumahnya. Sehingga harganya pun ikut melonjak dratis, sejalan dengan semakin banyaknya peminat. 

Terlepas dari banyaknya jenis tanaman Monstera, Janda Bolong relatif mudah perawatannya. Cukup dengan menyiram 2 hari sekali, asal diletakkan di tempat yang teduh, misalnya dibawah pohon yang rindang, atau di teras beratap dan tidak terkena matahari langsung, akan tumbuh dengan baik. Cara pengembangannya juga mudah, cukup dengan melakukan stek atau menanam batangnya. Batang atau tunas yang sudah ada akarnya akan tumbuh lebih cepat dan lebih baik. Pemilihan media tanam yang berkelembaban sedang cukup ideal untuk tanaman ini. Dilengkapi dengan pemupukan NPK akan mendapatkan hasil sempurna. 

Tidak semua tanaman Janda Bolong harganya mahal, tergantung jenis dan tingkat kemudahan perawatannya. Tanaman yang sulit perawatannya akan mempengaruhi jumlah yang beredar di pasaran, sehingga jika permintaan pasar meningkat maka harganya pun akan menjadi mahal. Monstera variegata adalah jenis Janda Bolong yang sangat mahal harganya, bisa mencapai jutaan rupiah dan dihargai berdasarkan jumlah helai daun per tanaman. Harganya itu yang membuat bengong, karena mencapai puluhan juta bahkan ada yang berharga Rp. 100 juta (Sumber : Kompas 26 September 2020). Monstera Variegata mempunyai 2 corak warna yang berbeda yaitu kombinasi warna hijau dan putih kekuningan. Karena perawatannya yang sulit maka harganya menjadi jauh lebih mahal dibandingkan jenis lainnya. 

Namun akhir-akhir ini ramai diberitakan bahwa Monstera adansonii atau Janda Bolong yang berwarna hijau harganya juga sudah melambung tinggi. Wow, lalu apa ya yang harus dilakukan dengan koleksi Janda Bolong yang ada dirumah? Sayang juga kalau dibiarkan begitu saja. Berpikir keras untuk mencari cara memasarkannya. Tapi kalo pembaca artikel ini ada yang berminat, dengan senang hati dipersilahkan kontak saya, bisa melalui email atau pada kolom komentar di blog saya ini. Terima kasih *)



Thursday, September 17, 2020

N G I R I

Dalam cuaca yang sedikit mendung, terasa sekali lembabnya musim hujan. Namun suasana sore itu mendukung perbincangan seorang bapak dengan anak remajanya yang sedang gundah mengkritisi nasib kehidupannya. 

“Bapak, kenapa kita tinggal disini? Aku bosan disini, lingkungannya jorok, becek dan sering banjir. Kenapa kita gak pindah aja sih?” celetuk Keci sang anak, setengah protes kepada bapaknya. Sambil tersenyum si bapak datang mendekat dan bertanya, ”Kamu ini kenapa sih nak, kok tiba-tiba ngomong begitu? Sudah sejak nenek moyang kita tinggal di sini. Di sinilah tempat bapak ibumu, kakek nenek dan seluruh keluarga besar kita hidup dan mencari kehidupan. Sudah takdir kita tinggal di tempat seperti ini” 

Keci diam dalam protesnya. Dalam hatinya masih terbayang-bayang teman-temannya yang tinggal di kota, dengan rumah-rumah yang bersih, indah, makanan yang enak-enak dan suasana yang jauh berbeda dengan kehidupan mereka. 

“Keci….kita bisa saja pergi dari sini bahkan ke luar negeri. Bapak pernah diajak teman berangkat ke Perancis. Disana orang-orang sangat menghargai jasa kita. Tetapi bapak tidak mau pergi ke sana, karena kita akan kehilangan kehidupan kita di sini” demikian kata si bapak. Bapak yang bijak ini melanjutkan nasihatnya kepada anaknya. Dia berpikir ini kesempatan bagus untuk menanamkan pengertian kepada anaknya yang sedang tumbuh dewasa. Si anak diajak melihat pada kondisi diri sendiri. Pada apa yang mereka miliki saat ini, sehingga bisa mensyukuri apa yang telah mereka punyai. 

Satu persatu si bapak menunjukkan betapa kayanya mereka. Mereka punya pabrik cairan khusus ramuan tingkat dewa yang bermanfaat untuk mengencangkan kulit dan anti keriput, yang banyak dicari orang. Dan satu alasan kenapa tinggal di lingkungannya sekarang adalah untuk menyembunyikan diri dari gangguan “penjahat” yang akan menculik untuk mendapatkan keuntungan dari mereka. “Memangnya kita punya apa saja sih Pak, kok harus kita umpetin segala?” Keci bertanya. 

“Nah, kita harus menjaga diri baik-baik. Kita punya harta karun yang bisa digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan sakit kulit, gatal-gatal bahkan penyakit jantung. Mereka, orang-orang di luar sana akan mengambil paksa dari kita. Oleh karenanya, tetaplah tinggal di rumah, jangan pergi jauh-jauh, karena itu akan membahayakan dirimu” begitu pesannya. 

Si bapak melanjutkan ceritanya, betapa saat ini sedang terjadi kehebohan yang luar biasa di dunia. Kehebohan yang menimbulkan wabah penyakit yang tak kunjung selesai Apalagi jika manusia-manusianya tidak disiplin untuk menahan diri tetap tinggal di rumah. Bagi sebagian orang, tetap tinggal di rumah itu merupakan siksaan. Ada yang memang harus keluar rumah untuk mencari nafkah. Ada yang keluar rumah hanya sekedar untuk mengurangi stress karena tidak bisa melihat dunia luar, tidak bisa jalan-jalan kongko-kongko dengan teman, tidak bisa sabar untuk tetap tinggal dirumah untuk memutus rantai wabah penyakit itu. Di beberapa tempat bahkan telah diberlakukan jam malam untuk “memaksa” mereka tetap tinggal di rumah, agar tidak keluyuran dijalanan. 

“Nak, seharusnya kamu bersyukur. Lihatlah kehidupan kita. Dengan kondisi yang ada ini kita tetap bisa jalan-jalan dan merasa aman. Tidak akan kena razia walaupun kita keluyuran kemana-mana. Banyak yang ngiri dengan kehidupan kita ini. Bisakah kamu menjawab kenapa?” Itu pertanyaan si bapak kepada Keci. 

Keci yang sedari tadi berusaha menyimak dalam kantuknya, tersentak ketika bapaknya menyodorkan sebuah cermin. “Nih lihat! Sudah tahukah kamu apa yang membuat mereka iri kepada kita?”, tanya si bapak. Keci menatap cermin dengan seksama. “Mereka tersiksa tidak bisa pergi kemana pun karena dilarang keluar rumah. Sedangkan kita? Kita bisa pergi dengan bebas, leluasa, tidak ada yang melarang. Kenapa? Karena walau kita pergi kemanapun kita mau, kita tetap berada di dalam rumah, sesuai aturan. Tidakkah itu sebuah anugerah? Masihkah kamu iri pada mereka?” 

Si bapak yang bijak menutup pembicaraan sore itu, sedang si anak masih terpana dengan panampakan dirinya di cermin, seperti foto di bawah ini.




Tuesday, September 15, 2020

P.a.n.d.e.m.i

 



Kamu datang tanpa diundang
Kamu menyapa pada siapa saja
Tak kusangka kehadiranmu akan lama
Tak kukira mampu mengharubiru rasa

Kauambil milikku sesukamu
Kau ambil simpananku kapan pun kau mau
Benarkah tak ada yang mengalahkanmu?
Aku tak percaya itu

Tunggu waktunya nanti
Senjata pamungkas akan segera beraksi
Menyapu bersih dari muka bumi
Agar kau tak pernah kembali

Inikah yang namanya pandemi
Yang membuat semua terhenti
Namun aku semakin pasti
Ada Dia yang paling Sakti




*)Ilustrasi gambar dari Flickr

GARANG ASEM SOLO YANG SEGAR NIKMAT

 






Salah satu masakan tradisional Jawa yang populer sebagai lauk adalah Garang Asem. Dari berbagai daerah di Jawa Tengah, seperti Solo, Semarang atau  Kudus, masing-masing memiliki kekhasan resep menu garang asemnya. Umumnya garang asem dibuat dengan menggunakan daging ayam.

Karena saya orang Solo, saya ingin mengulas tentang Garang Asem Solo. Garang Asem Solo merupakan menu masakan tradisional yang sudah turun temurun dari leluhur, bahkan juga menjadi salah satu menu Keraton Solo atau Mangkunegaran. Garang asem menjadi semakin nikmat jika dibuat menggunakan daging ayam kampung. Belakangan banyak yang melakukan modifikasi menu mengganti daging ayam dengan hati ampela, iga sapi atau daging sapi cincang. 

Sesuai namanya, Garang Asem Ayam ini mempunyai rasa asam segar dan gurih. Rasa segarnya ini berasal dari keasaman blimbing wuluh sebagai salah satu bumbu wajibnya. Tidak seperti ayam negeri, ayam kampung turut andil dalam menyempurnakan aroma yang khas karena tidak banyak mengandung lemak. 

Selain bahan pokoknya berupa ayam kampung, bumbu-bumbu yang dibutuhkan sangat mudah ditemukan, antara lain bawang merah, bawang putih, cabe rawit, belimbing wuluh, daun salam, lengkuas dan daun jeruk purut. Untuk kuahnya, disiapkan santan yang tidak terlalu kental ditambah gula dan garam secukupnya. Ayam, kuah santan dan bumbu-bumbu tersebut dibungkus menggunakan daun pisang. Biasanya dibungkus per satuan porsi. Semakin berkuah akan semakin segar.  Selanjutnya dikukus sampai daging ayam lunak. 

Cara penyajian garang asem adalah dengan meletakkan di atas piring bersama dengan daun pembungkusnya. Untuk garang asem yang dibungkus ukuran satu porsi, biasanya dinikmati langsung dengan daun pembungkus sebagai alas makan.  Cara ini memberikan sensasi sedap dan nikmat karena aroma daun pisang masih tercium saat menikmatinya. 

Bagi yang sedang berada di kota Solo, Garang Asem Ayam dapat dibeli di warung atau resto makanan tradisional. Warung ayam bakar Tentrem atau warung makan Sidoasih di Mangkuyudan menyediakan menu tersebut. Jika sedikit mengarah ke luar kota, Garang Asem Ayam dan Ati Ampela yang populer diperoleh di Warung Mbah Rono, dekat perempatan Delanggu, yaitu jalan raya menuju Yogyakarta. Namun langganan kami adalah Garang Asem Ayam di Warung Mbah Semar,  dekat lampu merah Kartosuro menuju arah bandara Adisumarmo Solo. Garang Asem Ayamnya sudah terkenal enak rasanya. Di sini, kita juga bisa mendapatkan berbagai makanan tradisional Jawa atau khas Solo lainnya yang sudah jarang ditemui sehari-hari.  


Resensi Film Pendek : UNBAEDAH








Sebuah film pendek yang menceritakan kisah sederhana dengan mengangkat praktek ketidakjujuran atau kecurangan yang sering terjadi di masyarakat. Kisah tentang seorang ibu yang suka ndobel (mengambil lebih) jatah nasi berkat (nasi kotak yang biasa dibagikan untuk dibawa pulang) kepada yang hadir . Film ini berjudul Unbaedah, dibintangi oleh Siti Fauziah alias Ozie yang berperan sebagai Baedah. 


Cerita diawali dengan suasanya bulan puasa sepulang dari sholat maghrib di masjid. Baedah menjadi bahan pergunjingan ibu-ibu karena membawa takjil lebih banyak dari orang lain. Baedah beralasan mengambilkan jatah suaminya yang sedang bekerja lembur. Disisi lain, Bagas, anaknya sedang bermain petasan dan bahkan sudah mengambil jatah takjilnya sendiri. 


Sesampai di rumah, Baedah menyadari bahwa takjil yang dibawa pulang memang banyak juga. Di rumah Baedah bersitegang dengan suaminya tentang keberangkatan tahlilan tujuh hari meninggalnya Ibu Tutik, tetangga desa. Ternyata Sigit, suami Baedah, harus ronda sehingga tidak berangkat tahlilan bersama Baedah. 


Di tempat tahlilan, Baedah tidak mendapat kesempatan untuk membantu mempersiapkan nasi berkat dibelakang. Tugas Baedah didepan untuk membagikan air minum dan dan makanan. Saat mempersiapkannya, Baedah “menyisihkan” tambahan nasi berkat untuk dibawa pulang. Selesai acara tahlilan, Baedah pulang dengan membawa 3 buah nasi berkat. Hal ini mengakibatkan kurangnya jumlah nasi berkat yang harus dibagikan. Mardiyah yang telah membantu dibelakang tidak mendapatkan bagiannya. Mardiyah sudah mencurigai bahwa ini adalah ulah Baedah. Dengan geram Mardiyah bersama beberapa ibu membuat rencana untuk memberi pelajaran kepada Baedah. 


Sesampai dirumah, Baedah memanggil Bagas untuk makan namun tidak mendapat tanggapan. Bahkan diluar sepengetahuannya, Bagas telah pergi memanggil Bapaknya karena ia ketakutan setelah melihat hantu dibalik jendela di saat lampu rumah mati. 


Dalam kegelapan rumah tanpa lampu itu, suasana horor muncul. Baedah diteror dengan suara-suara dan penampakan yang menyeramkan. Baedah merasa ketakutan, ia meyakini ini sebagai sebuah balasan karena mengambil lebih jatah nasi berkat dari orang meninggal, yang tadi didoakan bersama. Atas kelakuannya itu Baedah lalu mengembalikan nasi berkat yang sudah diambilnya sesuai perintah suara-suara yang datang itu. 


Di akhir film diketahui bahwa teror itu datang dari Mardiyah dkk. untuk menakut-nakuti Baedah. Mereka menyatroni rumah Baedah dengan membawa keranda, boneka pocong dan membuat suara-suara yang menyeramkan. Baedah pun akhirnya mengetahui itu. Mardiyah ingin memberi pelajaran kepada Baedah, bahwa perbuatan curang dengan ndobel mengambil hak orang lain itu suatu saat harus dipertanggung-jawabkan. 


Sutradara Iqbal Ariefurrahman berhasil menghadirkan suasana horor yang cukup membuat berdebar bagi penonton yang kurang menyukai film horor. Tetapi disana sini penonton juga dibuat tertawa oleh ulah Baedah maupun anaknya Bagas yang tanpa diketahui Baedah telah pergi mencari ayahnya keluar rumah disaat lampu rumah padam. Kekocakan juga terjadi saat Mardiyah mengambil kembali nasi berkat yang dikembalikan oleh Baedah. 


Film pendek berdurasi 15 menit yang diproduksi oleh Bakarasa Film ini membawa pesan bahwa “Kecurangan atau ketidak-jujuran sering terjadi dari hal-hal terkecil dalam kehidupan sehari-hari. Jika sering dilakukan akan berubah menjadi suatu kebiasaan yang dianggap lumrah. Akan tetapi, sekecil apapun itu, bila ada hak orang yang diambil, maka sudah termasuk kartegori melakukan korupsi”. Dan setiap kecurangan yang dilakukan tetap akan menghantui dan merusak ketenangan hidupnya karena harus dipertanggung-jawabkan dikemudian hari. 


Film Unbaedah yang diproduksi oleh Bakarasa Films bekerjasama dengan Padi Padi Film ini mendapat penghargaan sebagai Pemenang Favorite pada Anti Corruption Film Festival 2019 yang diadakan olek KPK RI. Dan mulai diunggah di kanal Youtube KPK pada bulan Desember 2019.

Sunday, September 13, 2020

The 7 Habits of Highly Effective People

 





Bercerita tentang kesan terhadap buku yang pernah saya baca, rasanya buku “7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif” masih membekas dalam ingatan. Buku yang ditulis oleh Steven R. Covey ini berjudul asli “The 7 Habits of Highly Effective People”, sangat menginspirasi saya untuk mengoreksi diri dan lebih dari itu adalah untuk mendukung tugas pekerjaan saya. Saat itu saya harus menyusun materi pelatihan sebagai salah satu program peningkatkan kualitas SDM (sumber daya manusia) di kantor. Dari buku inilah saya mendapatkan inspirasi dan acuan petunjuk untuk memotivasi SDM agar dapat lebih produktif. Baik di lingkungan pekerjaan maupun dalam kehidupannya secara umum. 

Buku ini menguraikan tentang tujuh kebiasaan manusia yang menjadi prinsip dasar untuk menjadi seseorang yang efektif dalam kehidupannya. Namun sebelum memahami tujuh kebiasaan tersebut, kita harus mengerti makna “paradigma” dalam diri seseorang, sehingga mampu untuk membuat perubahan menjadi yang lebih baik. Paradigma adalah suatu cara bagaimana seseorang “melihat” dunia, yaitu bagaimana cara pandang, persepsi, pemahaman maupun pengertian dan penafsiran mereka terhadap sesuatu hal. Paradigma seseorang terbentuk oleh lingkungan dan cara mereka dibesarkan serta pengalaman dalam hidupnya. 

Terdapat tujuh kebiasaan yang sangat efektif yang merupakan prinsip dasar untuk mencapai keberhasilan. Baik keberhasilan untuk mencapai Private Victory (Kemenangan Pribadi), Public Victory (Kemenangan Publik) maupun untuk melakukan Pembaruan diri. Buku Steven R. Covey ini sangat luar biasa untuk mendidik manusia agar berpikir dan bersikap effektif dalam kehidupan. Namun buku yang mengandung informasi tentang bagaimana untuk menjadi diri yang lebih baik ini tidaklah cukup hanya dengan dibaca saja. Memerlukan tekad dan upaya yang keras untuk menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Memerlukan komitmen yang terus menerus untuk senantiasa mengevaluasi diri dan melakukan pembaharuan untuk menjadi lebih baik dengan cara yang efektif.

Thursday, September 10, 2020

Alah bisa karena biasa.

 

Ingat jaman kuliah dulu, punya dosen pembimbing tugas akhir yang cantik, enerjik, serba bisa dan juga smart pastinya. Aku nge-fans banget pada beliau ini. Selain bimbingan tentang materi tugas akhir atau thesis,  sering disisipkan dengan wejangan-wejangan bagaimana menjadi seorang wanita yang berkarier, harus membawa diri dengan tepat di dalam keluarga. Dari beliau inilah pertama kali aku dibimbing untuk menulis.

“Rajinlah mencatat apapun yang terlintas di dalam benakmu, biasakan menuliskan setiap kejadian, fenomena atau temuan sekecil apapun. Ini akan menjadi bahan yang sangat berharga untuk dituliskan nanti”, begitu pesan beliau saat itu.  Saran ini sangat luar biasa manfaatnya ketika kebiasaan mencatat itu aku bawa sampai ke jenjang pendidikan berikutnya bahkan ke dalam lingkungan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Ternyata kebiasaan menulis sedikit demi sedikit itu menjadi  “tabungan” materi saat harus menuangkannya ke dalam sebuah laporan, cerita atau produk tulisan lainnya yang lebih menyeluruh.

Dan kini, senang sekali dapet kesempatan belajar nge-blog, karena blog ini akan menjadi pengganti catatan – catatan kecilku. Dengan kebiasaan menulis ini, harapannya suatu ketika bisa dirangkum menjadi tulisan yang berharga, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Setidaknya untuk anak – cucu.


Friday, September 4, 2020

Napoli dari Negeri Timur


鹿児

Kagoshima



Kagoshima, ibukota Perfecture Kagoshima, terletak di ujung selatan Pulau Kyushu, Jepang. Kota ini kota kedua yang paling sering aku kunjungi setelah Nagoya. Keberadaan anak cucu di Kagoshima dalam 5 tahun terakhir menjadi magnet hati yang paling kuat yang menarik kedatanganku kesana.  

Tidak seperti kota-kota besar lainnya di Jepang, misalnya  Tokyo, Osaka, Kyoto; Kagoshima belum populer dikalangan wisatawan. Padahal sesuai dengan posisi geografisnya, Kagoshima mempunyai pesona tersendiri dengan keindahan alamnya karena letaknya disebuah teluk Kagoshima (Kinko-wan) dan berdekatan dengan gunung berapi Sakurajima yang masih aktif. Ini mirip sekali dengan kota Napoli yang terletak di teluk Napoli, dengan gunung Vesuviusnya di Italia. Jadilah Kagoshima sering disebut sebagai “Napoli dari Negeri Timur”.  

Bagi yang berencana ke Jepang, bisa dicoba "mampir" ke Kagoshima. Bisa dijangkau dengan penerbangan langsung selama 1 jam 40 menit dari Tokyo atau 1 jam 15 menit dari Osaka. Pesona alam dan onsen air panas, onsen pasir maupun lumpur, semua ada disini. Dari beberapa kali kunjunganku ke Kagoshima, banyak tempat menarik yang ingin sekali dibagikan ceritanya disini.  Tunggu ya cerita-cerita ku mendatang.

                                  




            

PENGGANGGU BERKAKI SERIBU

Fiksi Mini Layaknya seorang komandan upacara, aku menata dan menertibkan barisan pada posisi yang berjajar rapi. Memastikan tidak boleh ada...